"jangan biarkan pikiran kita menjadi tumpul, karena tak pernah membaca"

Minggu, 18 Agustus 2013

Semesta Malam

Terpejam diantara bola mata, menikmati tiap hembusan nafas malam sang semesta maka biar kularutkan bersama waktu yang menyanding diantara anak manusia. Tuhan, senyumku isyarat cantiknya lukisan semestaMu biar kurekam dengan memori.

Tercipta tanpa ingin datang pada rasa yang terdalam hingga mengenang cuplikan memori. Berjalan diantara rekaman malam sang semesta aku malu pada kecupan langit yang menghias hamparan bintang. Menyembul dengan pasti rona-rona yang mampir dalam wajah. 

Ingat semesta malam, maka ingat dengan memori yang menyanding rasa. Selalu semesta malam yang setia menemani wajah yang mengagum rasa pada langit.

Kamis, 04 Oktober 2012

Hitungan pada waktu

5 dalam jari 6 dalam hari 12 dalam bulan

hanya hitungan waktu dalam putaran
menengadah tak tertunduk kuasa yang terikat
bagian mana lagi yang tak terinjak
dusta tergerak kian pesat
menjerit peluh seru mereka
revolusi enggan mengandung kembang tawa
hanya bulir yang meringis

Selasa, 14 Agustus 2012

Candu



Semilir hembusan angin sungguh menggoda masa penantian yang tak berujung.

Menghunus rasa yang tak ingin terjamah noda kebencian.

Alam menemani keindahan sang pelupuk syahdu yang mencandu pesona.

Ulasan kata yang enggan menjamah himpitan penyesalan tak urung megingatkan kesalahan.

Bangkit saja dari masa yang kian menyesakkan tak membawa makna perdamaian.

Biar kepekatan malam tetap menjamu para penikmat semesta yang menuntun keindahan.

Minggu, 24 Juni 2012

Alam

Sekali lagi untuk kami para penikmat segala aroma hangat dari sang alam jelas saja tiada lagi yang pantas untuk menandingin maha karya Sang Maha Kuasa.

Memulai jejak petualangan kami dengan hanya menikmati bukit-bukit kecil yang dengan baiknya menyambut kami akan hamparan keindahan yang tersedia tanpa sedikitpun protes akan kami pula yang mungkin dengan tanpa sengaja mengotori lingkup mereka. Mulai menikmati betapa menantangnya melintasi rimbanya hutan-hutan yang kian memacu adrenalin kami, tidak akan pernah kami merasa sendiri sebagai makhluk yang bernyawa karna cukup banyak mata yang yang mengawasi gerak-gerik kami. Hingga kami yang menikmati debur ombak sang pesisir yang cukup menawarkan pesona ketenangan.

Petualangan, itulah yang tiada henti ingin dicari dan tiada henti bagi para penikmatnya menanti waktu untuk setidaknya menyambangi alam, alam pilihan mereka. Tuhan memang slalu maha adil akan sgala yang diciptakannya, jika kau senang dengan keindahan bukit yang menawarkan aroma sejuk ditiap udara yang melintas Tuhan sudah siapkan, jika kau suka dengan berpacunya adrenalinmu akan tantangan sang hutan Tuhan pun sudah menyiapkan, dan jika kau memang lebih menikmati betapa lapangnya tiap menatap sang ombak beserta kawannya maka Tuhan pun sudah menyediakannya.

ah....bahagia kufikir...

Kamis, 21 Juni 2012

Samar-samar Jerit Mereka

Ketika tanpa sadar masih ada sang kaum golongan yang tiada sedikitpun para petinggi negara ini sadar bahwa mereka memang layak untuk menikmati sesuap saja keindahan ibu kota dengan layaknya makanan atau sekedar helai pembungkus badan yang cukup hangat kala malam yang kian mencekam mengusik tidur mereka. Kaum papa itulah khalayak para pemeran negara ini menyebut mereka, jeritan macam apa pun itu mungkin tak asing lagi kau, dia, atau mereka dengar dengan sedikit lantunan nada pada sesaknya kendaraan umum tempat mereka mencari helai rupiah.
Hei... petinggi negara dengar kah kalian akan sayup-sayup jerit mereka? pastilah kalian dengar bukan? sadarkah kalian akan jeritan mereka? itu lah yang smakin menjadi tanya, entah ingin tersadar atau tidak kalian para petinggi negara ini.
Biar lah tangan Tuhan saja yang bekerja jika tiada tangan mereka ingin menjamah para golongan kaum papa ini, kepekaan suara Tuhan tiada pernah diragukan lagi, tapi mereka (petinggi negara) entahlah dimana mereka simpan kepekaan suara mereka.
Ingat saja, para kaum papa yang tiada habisnya di negara ini mereka akan tetap nyata menemani alur kehidupan kita.

Rabu, 20 Juni 2012

Arti Kebebasan


Baju flannel kotak-kotak, sepatu ala boot khusus naik gunung, celana jeans belel, dan segala atribut yang bersifat macho bin gagah menjadi tren anak muda MAPALA masa kini. Jika kita bayangkan mereka adalah pemberani-pemberani ulung yang memiliki daya tarik luar biasa. Bergerak dalam sebuah organisasi kepecintaalaman yang bereksistensi secara professional tanpa kenal lelah. Mereka adalah tunas-tunas bangsa yang selalu mencoba bermetamorfora dengan alam sekitarnya. 
Tapi kembali lagi dalam masalah trend, cukupkah hanya dengan gaya? Oh tentu, pertama kali yang dilihat dalam diri seseorang adalah PENAMPILAN. Bahkan dalam dunia kerja, ketika kita akan memasuki sebuah perusahaaan, kita dituntut untuk memoles diri dengan kerapihan yang belum tentu kita inginkan. Kita dipaksa untuk membeli kemeja yang bagus, parfum yang mahal, sepatu hitam mengkilat, dsb. Untuk apa itu semua? Jelas untuk menipu HRD-nya. Seperti halnya sebuah buku, yang menjamur sesuai dengan permintaan pasar. Tapi jika  seandainya tidak sesuai permintaan pasar, tak akan ada income untuk penulis, penerbit tutup, serta toko-toko buku hanya bisa mengkoleksi sedikit buku. Yang berujung pada pembodohan masyarakat yang memang tak mau membaca. 
Saya selalu terkesan pada anak-anak MAPALA dimana pun. Mereka apa adanya dalam bertingkah. Walaupun ada sedikit yang menjejal dalam pikiran saya, dan itu tak layak untuk dibahas dalam forum ini. Jika semua dirangkum, teman-teman akan menemukan arti kata kebebasan. Bebas berbicara, berpendapat, berkarya, bahkan sekarang menulis pun bebas-bebas saja. Banyak orang berpendapat bahwa bebas yang sejati itu bebas sebebas-bebasnya tanpa aturan dan dan tanpa beban. Bebas yang dalam artian memiliki hak yang tak dapat di ganggu gugat oleh hak lainnya Ia mempunyai arti tersendiri yang patut kita dalami lebih lanjut. Saya pernah mendengar kutipan dari seorang teman saya bahwa bebas yang sejati itu adalah bebas yang tidak mengganggu kebebasan lainnya. Seperti tak seharusnya kita menyalakan lagu dengan suara keras ketika ada tetangga yang  mempunyai hak untuk ketenangan. Jelas sekali merampas kebebasan mereka. 
Dari situ kita dapat memahami bahwa ada kebijakan dalam menggunakan kata bebas di kehidupan kita sehari-hari. Bukan maksud untuk menggurui. Bijaklah mengambil kebebasan anda yang sesuai kebutuhan tanpa mengurangi kebebasan lainnya. Karena adakalanya kita butuh pertolongan dan itu tak akan kita dapat jika kita selalu merampas hak orang lain. 

Translate